Berikut ini sejumlah alasan mengapa kita membutuhkan salib berada di tengah-tengah sebagai pusat, mengapa tidak boleh ada hal lain apa pun yang kita ijinkan untuk menggantikan salib dalam gereja pada umumnya, dan dalam kehidupan kita pada khususnya. Berikut ini enam aspek salib.

Pertama-tama untuk kepentingan sebagian orang yang bingung, apa yang dimaksud dengan salib. Bagi orang-orang dengan latar belakang tertentu, salib adalah sepotong kayu atau logam yang digantung di lehernya atau ditempel di dinding gereja. Ini sama sekali bukan mengkritik hal itu, itu sepenuhnya dapat diterima. Namun ketika kita berbicara tentang salib, bukan itu yang sedang kita bicarakan. Ketika berbicara tentang salib, yang dimaksudkan adalah kurban yang dilakukan diri Yesus di atas kayu salib, kurban kematian-Nya, dan segala sesuatu pencapaiannya bagi kita. Namun daripada menggunakan semua frasa tersebut berulang-ulang, kita menyingkatnya menjadi frasa “salib.”

Aspek pertama dari salib yang perlu Anda pahami adalah bahwa salib mewakili satu kurban sempurna dan cukup dalam segala aspek. Hal ini dinyatakan dalam Ibrani 10:14.

“Sebab oleh satu kurban saja Dia [yaitu Yesus atau Tuhan] telah menyempurnakan selama-lamanya mereka yang sedang dikuduskan.”

Yang penulis sedang sampaikan adalah bahwa oleh kurban kematian-Nya di kayu salib Yesus telah membuat penyediaan total, sempurna dan berkecukupan dalam segala aspek, untuk setiap kebutuhan dari tiap-tiap umat manusia pada waktu kapan pun dan di mana pun untuk selama-lamanya. Dia tidak perlu melakukan itu lagi. Jika Anda membaca ayat-ayat sebelumnya penulis sedang mengontraskan para imam Perjanjian Lama dengan Yesus sebagai imam yang mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai kurban. Dan dia berkata tentang para imam Perjanjian Lama mereka tidak pernah duduk. Mereka selalu senantiasa tetap berdiri karena tugas mereka tidak pernah selesai. Mereka bisa mempersembahkan kurban dalam jumlah berapa pun, tetapi kurban lain selalu akan dibutuhkan lagi. Tetapi kemudian dia berkata tentang Yesus:

“Tetapi Dia, sesudah Dia mempersembahkan satu kurban untuk dosa-dosa selamanya, duduk di sebelah kanan Tuhan.”

Mengapa Dia duduk? Karena Dia tidak akan pernah harus melakukan itu lagi. Oleh satu kurban Dia telah memberikan penyediaan total yang sempurna untuk setiap kebutuhan dari setiap umat manusia.

Sifat kurban ini secara profetik dijelaskan 700 tahun sebelum itu terjadi dalam nabi Yesaya, pasal 53, gambaran besar tentang penebusan Yesus. Meskipun Yesus tidak disebutkan nama-Nya, Dia adalah satu-satunya yang menjawab gambaran ini. Dalam ayat 6 Yesaya berkata:

“Kita semua sesat seperti domba, kita masing-masing telah mengambil jalannya sendiri; dan YHVH telah menimpakan kepadanya [yaitu pada Yesus] kejahatan kita semua.”

Itu adalah masalah keseluruhan umat manusia. Itu adalah satu hal yang kita semua memiliki kesamaan. Kita mungkin orang Indonesia, Eropa atau Amerika, Rusia atau Asia atau Afrika, Yahudi atau Arab, tidak ada bedanya. Pernyataan ini berlaku bagi kita semua, kita semua seperti domba yang sesat, kita masing-masing mengambil jalannya sendiri. Kita telah berpaling dan memunggungi Tuhan, dan berpaling dari tuntutan-tuntutan-Nya dan mengambil jalan kita sendiri-sendiri. Alkitab di sini menyebut hal itu sebagai kejahatan. Ini adalah kata Ibrani yang sangat kuat, עָוֹן `avon. Menurut saya, terjemahan modern yang paling baik adalah pemberontakan. Tuhan harus bertindak untuk melakukan kepada Yesus atas pemberontakan seluruh umat manusia.

Namun kata yang diterjemahkan pemberontakan juga berarti akibat-akibat buruk dan hukuman atas pemberontakan. Dan itulah sebabnya mengapa ini adalah kurban yang sempurna. Sebab, Tuhan menimpakan ke atas Yesus pemberontakan kita semua, segala akibat-akibat buruknya dan segala penghakiman yang seharusnya karenanya. Dalam bahasa yang sangat sederhana, kebenarannya adalah ini: Segala keburukan yang layak kita terima oleh karena keadilan, telah datang menimpa Yesus, supaya segala kebaikan yang layak oleh karena ketaatan Anak Tuhan yang tidak berdosa, dapat tersedia bagi kita. Sangat, sangat sederhana, segala yang buruk menimpa Yesus agar segala yang baik dapat tersedia bagi kita. Itu adalah segala yang perlu Yesus lakukan. Dia melakukan itu semua oleh satu kurban.

Dalam Yesaya 53:10 nabi membawa gambaran ini satu langkah lebih jauh dan berkata:

“Dan YHVH suka untuk meremukkan Dia [Yesus], Dia [YHVH] membuat-Nya [Yesus] sakit. Ketika Dia [Yesus] menempatkan jiwa-Nya sebagai persembahan penebus salah, Dia [Yesus] akan melihat benih-Nya, Dia [Yesus] akan memperpanjang hari-hari, dan dalam tangan-Nya [Yesus] keinginan YHVH akan berhasil.”

Di sana, secara peristiwa, terdapat nubuat yang jelas tentang kebangkitan Yesus. Sebab pada ayat-ayat sebelumnya telah disebutkan bahwa nyawa-Nya telah diambil dari pada-Nya. Jadi ketika dikatakan “Dia akan melihat benih-Nya, dan Dia akan memperpanjang hari-hari-Nya”, hal itu tidak mungkin terjadi tanpa kebangkitan-Nya. Namun di sana dikatakan bahwa Tuhan menjadikan jiwa Yesus sebagai persembahan/kurban dosa atau persembahan/kurban salah bagi seluruh umat manusia. Ini adalah sesuatu yang tidak dapat dipahami oleh pikiran manusia kita yang terbatas. Bahwa ketika Yesus disalib, saya pribadi percaya, penyakit dan rasa sakit kita ditimpakan ke atas tubuh-Nya. Namun dosa kita menimpa atas jiwa-Nya. Dan jiwa-Nya yang benar-benar kudus sempurna dijadikan dosa dengan keberdosaan kita. Dan dengan kurban itu Dia menyingkirkan dosa kita.