Hari TUHAN

Talmidim Yeshua HaMashiach

Parashat Kedoshim “Kudus-kudus”

Bagian Torah pekan ke-30

קְדֹשִׁים

Parashat Kedoshim “Kudus-kudus”

  • Torah: Imamat 19:1-20:27
  • Haftarah: Amos 9:7-15
  • Brit Chadashah: 1 Petrus 1:13-16; 1 Korintus 6:9-20

Ringkasan Bacaan Torah:

Parashat Kedoshim dimulai dengan tuntutan agar orang Israel menjadi kudus (kadosh) karena hubungan mereka dengan kedosh Yisrael – “Yang Mahakudus dari Israel.” Karena itu, bagian Torah ini berfokus pada mendefinisikan “hukum kekudusan” yang berisi banyak mitzvot (perintah-perintah) mengenai praktek etika-etika lebih daripada bagian-bagian Torah lainnya. Itu dimulai dengan YHVH berfirman kepada Musa, “Kuduslah kamu, sebab Aku, YAHWEH, Elohimmu ini, kudus”:

וַיְדַבֵּר יְהוָה אֶל־מֹשֶׁה לֵּאמֹֽר׃

דַּבֵּר אֶל־כָּל־עֲדַת בְּנֵי־יִשְׂרָאֵל וְאָמַרְתָּ אֲלֵהֶם קְדֹשִׁים תִּהְיוּ כִּי קָדֹושׁ אֲנִי יְהוָה אֱלֹהֵיכֶֽם׃

Dan berfirmanlah YAHWEH kepada Musa, dengan mengatakan, “Berbicaralah kepada seluruh jemaat bani Israel dan engkau harus mengatakan kepada mereka: Kuduslah kamu, sebab Aku, YAHWEH, Elohimmu ini, kudus. (Im. 19:1-2)

Apa itu Kekudusan?

Dalam bahasa Ibrani, kata kedushah (dari akar k-d-sh) berarti kekudusan atau “keterpisahan” (kata-kata Ibrani lain yang menggunakan akar kata ini termasuk kadosh (kudus), kiddush (menguduskan anggur), kaddish (menguduskan Nama itu), kiddushin (seremoni cincin pada pernikahan), dan sebagainya). Kadosh mengandung arti lingkungan suci yang secara radikal memisahkan dari semua yang berdosa dan cemar. Pada hakikatnya, itu mulia dan tinggi (Yes. 57:15), melampaui segala perbandingan dan sepenuhnya unik (Yes. 40:25), sepenuhnya benar (Yes. 5:16), agung dan menakjubkan (Maz. 99:3), penuh dengan terang dan kuasa (Yes. 10: 17), dan dipilih dan diistimewakan sebagai milik Elohim sendiri (Yeh. 22:26). Bahkan, kekudusan adalah sinonim bagi YHVH Sendiri (Hakadosh barukh hu – Yang Kudus, diberkatilah Dia).

Karena itu, maksud dari kudus (kadosh) menyiratkan pembedaan: dimensi kudus sepenuhnya dipisahkan dari yang umum, yang biasa, atau yang cemar. Yang kudus itu tunggal, menakjubkan, bahkan “mengerikan” atau menakutkan (lihat Neh. 1:5; Maz. 68:35). Sebagai Yang Kudus (hakadosh), Elohim sepenuhnya unik, berbeda, sakral, dan “dipisahkan” sebagai satu-satunya dari jenis-Nya. Dia saja yang layak untuk penyembahan yang sejati dan pemujaan, karena Dia sendiri tidak ada taranya, tanpa tandingan, dan berdiri dalam hubungannya dengan dunia ini sebagai Pencipta dan TUHAN. Ya, hanya YHVH yang tanpa akhir dan secara kekal Berbeda – Dirinya dikenal sebagai “Ehyeh Asher Ehyeh” – “AKU ADA YANG AKU ADA” (Kel. 3:15).

Karena itu, kekudusan menyiratkan lebih dari sekedar pemisahan “metafisik” abstrak atau biasa-biasa saja (seperti yang dikesankan oleh berbagai bentuk dualisme), melainkan pemisahan dari apa yang duniawi (chullin), dangkal, umum, atau jahat. Dengan kata lain, kekudusan menyiratkan kebaikan dan kesempurnaan moral absolut. Adalah mustahil bahwa Yang Kudus bisa memaafkan dosa, karena ini akan meniadakan perbedaan antara yang kudus dan yang cemar dan dengan demikian melemahkan sifat kekudusan itu sendiri. Yang Kudus adalah berseberangan dengan yang cemar dan karena itu YHVH harus membenci dan menentang yang melanggar kekudusan.

Bahkan, salah satu tindakan pertama YHVH dalam tatajan ciptaan adalah pemisahan terang surgawi dari kegelapan, sebagaimana tercatat dalam Kejadian 1:4:

וַיַּרְא אֱלֹהִים אֶת־הָאֹור כִּי־טֹוב וַיַּבְדֵּל אֱלֹהִים בֵּין הָאֹור וּבֵין הַחֹֽשֶׁךְ׃

Elohim melihat bahwa terang itu baik, lalu Elohim memisahkan terang itu dari gelap.

Ayat ini menunjukkan bahwa dimensi kudus (diwakili oleh terang ilahi) secara konseptual berbeda dari dunia dengan ketidaksempurnaannya, meskipun ia dapat memanifestasikan dirinya di dalam dunia sepanjang integritasnya dipertahankan dengan ketat. Dalam istilah-istilah praktis yang berkaitan dengan umat manusia dan hubungan mereka dengan Elohim, kekudusan menggambarkan keadaan pengudusan yang dihasilkan oleh pemisahan etik dari kebudayaan yang cemar.

[Menurut midrash Yahudi tertentu, sebelum Anda dilahirkan, YHVH memanggil jiwa Anda untuk tampil di hadapan-Nya dan berkata, “Setelah engkau dilahirkan, jadilah tzaddik (orang benar); jangan menjadi rasha (orang jahat)”. Kemudian Dia membawa Anda ke dalam dunia, tetapi menguji Anda melalui yetzer hara – kecenderungan alami untuk menjadi egois dan jahat].

Panggilan untuk Kekudusan

Berbagai praktek mitzvot diberikan dalam bagian Torah ini yang melaluinya seorang Yahudi dikuduskan, atau dipisahkan untuk menjadi kadosh – kudus – dan karena itu pantas untuk berhubungan dengan Elohim. Elohim tidak hanya “sepenuhnya berbeda” (yaitu, transenden) tetapi juga meresapi seluruh ciptaan (yakni, “eksis”), dan karena itu mereka yang dipanggil ke dalam Hadirat-Nya harus menjadi kudus. Praktek kekudusan semacam itu menghasilkan pengudusan yang diperoleh melalui mentaati perintah-perintah (mitzvot). Perintah-perintah ini mencakup mitzvot aseh (perintah untuk melakukan sesuatu) dan mitzvot lo ta’aseh (perintah untuk menjauhkan diri dari melakukan sesuatu). Selain itu, chukkim, atau “ketetapan-ketetapan” diberikan yang lebih lanjut memisahkan orang Yahudi dari adat-istiadat dan ketidaksenonohan bangsa-bangsa sekitarnya.

Tiga kali dalam Parashah ini seruan kepada kekudusan dikumandangkan:

  1. Kuduslah kamu, sebab Aku, YAHWEH, Elohimmu ini, kudus. (Im. 19:2)

דַּבֵּר אֶל־כָּל־עֲדַת בְּנֵי־יִשְׂרָאֵל וְאָמַרְתָּ אֲלֵהֶם קְדֹשִׁים תִּהְיוּ כִּי קָדֹושׁ אֲנִי יְהוָה אֱלֹהֵיכֶֽם׃

  1. Kamu harus menguduskan dirimu dan kamu harus menjadi kudus, sebab Akulah YAHWEH, Elohimmu. (Im. 20:7)

וְהִתְקַדִּשְׁתֶּם וִהְיִיתֶם קְדֹשִׁים כִּי אֲנִי יְהוָה אֱלֹהֵיכֶֽם׃

  1. Kamu harus menjadi kudus bagi-Ku, sebab Aku ini, YAHWEH, kudus; dan Aku telah memisahkan kamu dari antara bangsa-bangsa lain untuk menjadi milik-Ku. (Im. 20:26)

וִהְיִיתֶם לִי קְדֹשִׁים כִּי קָדֹושׁ אֲנִי יְהוָה וָאַבְדִּל אֶתְכֶם מִן־הָֽעַמִּים לִהְיֹות לִֽי׃

Karena YHVH itu kudus, orang Israel tidak dapat berhubungan dengan Dia jika mereka terlibat dalam praktek-praktek penyembahan berhala dan kecemaran. Karena itu mereka dipanggil untuk dipisahkan dari segala sesuatu yang tidak kudus (Im. 11:44-45). Panggilan mereka kepada kekudusan didasarkan pada fakta bahwa mereka adalah milik Elohim karena Ia telah memisahkan mereka dari bangsa-bangsa lain (Im. 20:26).

Menghormati Orang Tuamu dan Memelihara Shabbat

(Lev 19:3 [WLC])

אִישׁ אִמֹּו וְאָבִיו תִּירָאוּ וְאֶת־שַׁבְּתֹתַי תִּשְׁמֹרוּ

ish immo v’aviv tira’u, v’et-Shabtotai tishmoru

Hukum Kekudusan bagi orang Yahudi dimulai dengan pernyataan ulang dari Sepuluh Perintah Elohim yang keempat dan kelima, yaitu perintah bahwa kita harus menghormati orang tua kita (dan kakek-nenek) dan memelihara Shabbat. Kita harus menjunjung tinggi kata-kata orang tua kita, tidak berbicara ketika mereka sedang berbicara, dan menganggap mereka dengan hormat.

Berhubungan dengan perintah ini adalah mitzvah untuk menjaga Shabbat-shabbat (jamak) dari YHVH, yang mencakup istirahat Shabbat mingguan serta mo’edim (waktu-waktu yang ditetapkan) dari kalender Yahudi.

Menghormati YHVH dengan berpantang dari penyembahan berhala

(Lev 19:4 [WLC])

אַל־תִּפְנוּ אֶל־הָאֱלִילִים וֵֽאלֹהֵי מַסֵּכָה לֹא תַעֲשׂוּ לָכֶם

al-tifnu el-ha’elilim, veilohei maseikhah lo ta’asu lakhem

Hukum kekudusan berlanjut dengan pernyataan kembali hukum kedua dari Sepuluh Perintah, yaitu larangan penyembahan berhala (disebut avodah zarah – ibadah asing).

Meninggalkan hasil panenmu bagi orang miskin

(Lev 19:9 [WLC])

לֹא תְכַלֶּה פְּאַת שָׂדְךָ

lo te’khaleh pe’at sadekha

Setiap petani diharuskan untuk menyisihkan sebuah sudut dari ladangnya (pe’at sadekha) bagi orang miskin untuk memungut dari panenan. Mitzvah ini disebut peia (PAY-yah, “tepi”). Umumnya seorang petani akan meninggalkan 1/50 bagian dari hasil panennya sebagai peia bagi orang miskin. Perintah-perintah lain untuk para petani termasuk leket – meninggalkan tangkai-tangkai bagi orang miskin dan shikchah – meninggalkan berkas-berkas hasil panen bagi orang miskin yang secara tak sengaja tertinggal selama panen.

Tepat setelah perintah-perintah mengenai meninggalkan hasil pungutan bagi orang lain, Im. 19:11 mengulangi perintah kedelapan dari Sepuluh Perintah, yang menunjukkan bahwa melupakan nasib orang miskin sama dengan mencuri dalam pandangan YHVH. Berbohong secara umum dilarang (Im. 19:12), yang merupakan pengulangan dari perintah kesembilan dari Sepuluh Perintah.

Kita tidak boleh mengutuk orang lain

(Lev 19:14 [WLC])

לֹא־תְקַלֵּל חֵרֵשׁ וְלִפְנֵי עִוֵּר לֹא תִתֵּן מִכְשֹׁל

Lo-tekallel cheresh v’lifnei iveir lo titein mikhshol

Perintah ini secara harfiah mengatakan, “Engkau jangan mengutuk orang tuli, dan di muka orang buta engkau jangan meletakkan batu sandungan,” tetapi itu juga berarti bahwa kita harus menahan diri dari segala jenis ucapan atau perilaku yang kejam atau penuh kebencian secara umum. Lagi pula, jika kita dilarang mengutuk seseorang yang tidak bisa mendengar kita, betapa lagi kita dilarang untuk mengutuk seseorang yang bisa mendengar?

Larangan menempatkan batu sandungan di hadapan orang buta juga berarti bahwa kita tidak boleh menipu orang lain, menyesatkan mereka atau menyebabkan mereka melakukan langkah yang salah dalam mereka berjalan bersama YHVH. Anda tidak boleh dengan sengaja memberikan informasi yang menyesatkan atau nasihat buruk kepada orang lain, karena hal itu menyebabkan orang lain “tersandung”.

Kita harus menilai orang lain dengan baik:

(Lev 19:15 [WLC])

בְּצֶדֶק תִּשְׁפֹּט עֲמִיתֶֽךָ׃

B’Tzedek tishpot ‘amitekha

Tidak dapat dielakkan (dan secara psikologis diperlukan) bahwa kita membuat penilaian tentang orang lain, tetapi perintah ini mengatakan, “dalam kebenaran engkau akan menghakimi sesamamu,” menyiratkan bahwa kita harus mengampuni dan berpikir baik tentang orang lain. Pirkei Avot juga berkata, “Hakimilah orang lain dengan baik!” (Avot 1:6), yang oleh orang-orang berhikmat diartikan bahwa kita harus selalu berusaha memaafkan dosa-dosa yang kita lihat dalam diri orang lain.

Mitzvah ini berhubungan dengan larangan mengucapkan lashon hara (menyebarkan berita jahat tentang orang lain bahkan jika sekalipun itu laporan yang benar) melalui rachilut – gosip.

Dan hindarilah gosip …

(Lev 19:16 [WLC])

לֹא־תֵלֵךְ רָכִיל בְּעַמֶּיךָ

Lo-telekh rakhil b’ameykha

“Engkau jangan menyebarkan fitnah di antara bangsamu”. Rechilut (רְכִילוּת) sebenarnya adalah semacam lashon hara (“lidah jahat”) yang termasuk mengatakan sesuatu yang buruk tentang orang lain walaupun itu benar adanya. Seseorang yang menyebarkan gosip dianggap motzi ra (seseorang yang membawa kejahatan) karena informasi pihak ketiga sering menjadi sumber kesalahpahaman, niat buruk, dan kebingungan dalam kehidupan orang lain.

YHVH menuntut ucapan yang benar dari kita, karena gosip dan omongan sia-sia selalu membawa kepada sakit hati dan pertengkaran. Prinsip b’tzedek tishpot ‘amitekha berarti bahwa meskipun Anda mungkin melihat cacat karakter atau kesalahan dalam diri seseorang, kebenaran Anda akan memaksa Anda untuk mengabaikan kesalahan itu dan memandang orang-orang lain dengan cara terbaik.

Kita tidak boleh membenci saudara kita :

(Lev 19:17 [WLC])

לֹֽא־תִשְׂנָא אֶת־אָחִיךָ בִּלְבָבֶךָ

“Engkau jangan membenci saudaramu di dalam hatimu.” Perintah ini melampaui pengertian saudara sedarah dan sedaging, karena ayat ini berlanjut bahwa kita harus menegur kepada sesama kita ketika kita melihat sesuatu yang berdosa dalam kehidupan mereka. Dengan kata lain, kol yisrael arevim zeh bazeh – seluruh Israel bertanggung jawab kepada satu sama lain – dan ini berarti kita akan mengambil waktu (dan risiko) untuk mengingatkan sesama kita di dalam jalan-jalan kebenaran.

Berhubungan dengan ini adalah perintah lo tikkom v’lo-titor (“engkau tidak boleh membalas dendam atau menyimpan dendam”), yang mencapai puncak pada esensi hukum – ini adalah titik fokus dan inti dari apa yang diwakili oleh kekudusan:

Tapi kasihilah dia seperti dirimu sendiri …

(Lev 19:18 [WLC])

וְאָֽהַבְתָּ לְרֵעֲךָ כָּמֹוךָ אֲנִי יְהוָֽה׃

v’ahavta l’re’akha kamokha – ani Adonai

“Engkau harus mengasihi sesamamu seperti dirimu sendiri”. Perhatikan bahwa objek langsung dari kata kerja ahav “mengasihi” adalah sesamamu. Tapi siapa, sebenarnya, adalah sesama saya? Beberapa tipe orang Farisi mengklaim bahwa kata rea (sesama, tetangga) hanya merujuk pada sesama orang Yahudi – bukan kepada orang lain pada umumnya di dunia. Namun ini jelas-jelas salah, karena orang asing (ger) secara eksplisit diidentifikasi sebagai objek dari kasihmu (Im. 19:34). Dan perhatikan bahwa Yeshua sang Mashiach menjawab pertanyaan ini dengan membaliknya. Alih-alih berusaha menemukan seseorang yang layak untuk kasih sesama, kita diminta untuk menjadi sesama yang layak dan mengasihi (Luk. 10:29-37).

Frasa v’ahavta l’re’akha kamokha dianggap sebagai aturan perilaku paling menyeluruh terhadap orang lain yang ditemukan di seluruh Torah. Karena itu Hillel, seorang rabbi yang sezaman dengan Tuhan Yesus, berkomentar mengenai frasa ini: “Apa yang kamu benci, jangan lakukan terhadap sesamamu. Itulah keseluruhan Torah; selebihnya hanyalah penjelasan.”

Tuhan Yesus berkata, “Segala apa saja yang kamu inginkan agar manusia lakukan kepadamu, demikian jugalah kamu lakukan kepada mereka, karena inilah isi Torah dan kitab para nabi” (Mat. 7:12). Rasul Paulus juga menulis, “Kasih tidak berbuat yang jahat kepada sesama, karena itu kasih adalah penggenapan torah” (lihat Rom. 13:10, lihat juga Gal. 5:14).

Sha’atnez – Menghindari pencampuran (kilayim)

Pembatasan-pembatasan lebih lanjut dijelaskan, tentang larangan mencampur dua jenis tanaman di ladang yang sama, atau membiarkan ternak kawin silang, mungkin sebagai metafora untuk kemurnian dan pemisahan yang kudus dan yang cemar. Campuran terlarang semacam itu disebut kilayim. Bahkan pakaian pun diharuskan murni dan bebas dari campuran wol dan linen (disebut sha’atnez, akronim untuk kata-kata Ibrani “shua”=gabungan, “tavei”=memintal, “nuz”= anyaman). Selimut wol, sweater, celana, pakaian wanita, jas linen, blus, dll., tidak boleh terdiri dari sha’atnez tetapi harus diperiksa oleh seorang penguji terlatih.

Orla – Buah Sulung Terlarang

Orla adalah kata yang digunakan untuk merujuk pada buah terlarang dari pohon buah yang baru ditanam. Torah memerintahkan bahwa jika Anda menanam pohon buah-buahan, Anda tidak boleh memakan buahnya selama tiga tahun pertama (Im. 19:23), dan pada tahun keempat, seluruh buah harus dibawa ke Bait Suci (sebagai kurban) atau dijual dan uangnya diberikan ke Bait Suci. Buah pohon tahun pertama adalah kudus dan milik YHVH secara eksklusif. Itu dianggap sebagai muktzeh (מֻקְצֶה) –  “dipisahkan” dari kita.

Ada beberapa jenis perpuluhan dalam Torah:

  1. Ma’aser behemah: Semua ternak Kosher diberikan persepuluhannya dan sepersepuluh dari binatang-binatang itu dibawa ke Yerusalem dan dipersembahkan sebagai kurban di Bait Suci.
  2. Ma’aser Rishon: Sepersepuluh dari hasil petani diberikan kepada orang Lewi (yang tidak memiliki bagian tanah mereka sendiri di Israel) sebagai persepuluhan. Jumlah ini untuk menopang para imam Israel.
  3. Ma’aser Sheni: Tanah itu sendiri diberikan persepuluhannya kedua kalinya (tambahan), (setelah memisahkan Ma’aser Rishon) pada tahun ke-1, ke-2, ke-4, dan ke-5 dari siklus Shabbat tujuh tahun. Hasil tanah ini dibawa ke Yerusalem dan dimakan di sana.
  4. Ma’aser Kesofim: Sekarang ini sebagian besar persepuluhan dilakukan dalam bentuk uang, disebut ma’aser kesofim (persepuluhan uang). Ini adalah istilah tradisional untuk persepuluhan pada penghasilan uang dan dibedakan dari persepuluhan pertanian dan ternak. Setiap orang Yahudi wajib memberikan sepersepuluh dari penghasilannya untuk amal, sebuah tradisi yang dapat dilacak kembali asalnya dari Abraham (Kej. 14:20) dan Yakub (yang berjanji kepada Elohim bahwa “semua yang akan Kauberikan kepadaku, aku pasti akan mempersembahkan persepuluhannya kepada-Mu” (Kej. 28:22).

Hukum-hukum Tambahan untuk Umat Kudus

Makan darah sangat dilarang dan ditaklukkan untuk di-”kareit, hidup Anda “dipotong pendek.” Hukuman yang sama berlaku kepada mereka yang terlibat dalam praktek menafsirkan pertanda-pertanda (ov) atau melakukan segala bentuk sihir (yidoni). Percaya takhayul bertentangan dengan Torah Kebenaran. Anda harus menunjukkan hormat di tempat kudus YHVH.

Anda harus menghormati para tua-tua dan ahli-ahli Torah (dianggap oleh orang-orang berhikmat sebagai zakein, orang-orang tua, karena kebijaksanaan yang mereka miliki melalui studi dan jerih lelah mereka dalam Torah). Kita harus menunjukkan rasa hormat bagi seorang ahli Torah. Ketika dia berjalan masuk ke dalam ruangan, kita harus berdiri. Kita juga harus berhati-hati untuk menghormati guru-guru kita.

Berbagai hukuman ditetapkan bagi mereka yang terlibat dalam pengurbanan kanak-kanak dan amoralitas seksual, termasuk homoseksualitas (Im. 20:13). Parashah berakhir dengan seruan terakhir untuk menjadi kudus di hadapan YHVH Elohim Israel: “Dan kamu harus menjadi kudus bagi-Ku, sebab Aku ini, YAHWEH, kudus; dan Aku telah memisahkan kamu dari antara bangsa-bangsa lain untuk menjadi milik-Ku”  (Im. 20:26).

Ringkasan Bacaan Haftarah:

Bagian Haftarah (Ashkenaz) menyangkut terseraknya Israel dan pengumpulan kembali pada akhirnya pada acharit hayamim, hari-hari terakhir.

Amos meramalkan kehancuran dan pengasingan Negara Israel kuno, karena Israel tidak memenuhi takdirnya untuk menjadi suatu bangsa yang kudus. Namun, orang-orang Yahudi, rumah Ya’akov, tidak akan pernah dihancurkan, hanya “diayak” di dalam saringan sejarah pengasingan. Israel pada akhirnya akan dibangun kembali sebagai terang bagi bangsa-bangsa: “Dan Aku akan menanam mereka di negeri mereka, dan mereka tidak akan pernah dicabut lagi dari negeri mereka yang telah Aku berikan kepada mereka, YAHWEH, Elohimmu, berfirman” (Amo. 9:15).

Ringkasan Bacaan Brit Chadashah:

Pembacaan Perjanjian Baru untuk parashah ini mengulangi panggilan kepada kekudusan. Dalam perikop dari 1 Petrus, seruan kepada kekudusan didasarkan pada “pengharapan yang akan dibawa kepadamu” pada penyingkapan Yeshua pada hari-hari terakhir, dan dalam bacaan 1 Korintus, Paulus menguraikan batasan-batasan moral yang sama yang menandai umat Elohim yang telah dipanggil keluar. Orang-orang percaya di dalam Mashiach harus bebas dari dosa-dosa yang menyusupi budaya di sekitarnya, dan secara khusus bebas dari amoralitas seksual, yang sesungguhnya merupakan penyembahan berhala.

Pengikut Mashiach Yeshua tidak dibebaskan dari panggilan kepada kekudusan pribadi, karena YHVH Elohim Israel adalah tetap sama, kemarin, hari ini, dan selamanya.

 

 

 

Hari TUHAN

Talmidim Yeshua HaMashiach

Kitab Henokh

Berita untuk Generasi Akhir Zaman