Kitab Henokh, yang juga dikenal sebagai Kitab 1 Henokh, dalam bahasa Ge’ez (bahasa asli Ethiopia) disebut Mätṣḥäfä Henok, merupakan tulisan religius kuno yang oleh para ahli Alkitab dianggap sebagai pseudepigrapha, yakni tulisan yang dianggap berasal dari Henokh, kakek buyut Nuh. Para sarjana modern menganggap bagian tertua kitab ini (bagian terbesar Kitab Malaikat Pengawa) berasal dari sekitar tahun 300 SM, dan bagian terakhir kitab ini (Kitab Perumpamaan) berasal dari abad pertama SM.

Oleh karena alasan-alasan itu, mereka tidak memasukkannya kedalam kanon Alkitab yang dipakai oleh orang Yahudi, selain dari Beta Israel. Sebagian besar denominasi gereja Kristen maupun tradisi menganggap Kitab Henokh memiliki hubungan historis maupun theologis dengan Kekristenan, tetapi secara umum mereka mengangap Kitab Henokh sebagai kitab non-kanonik dan tidak diinspirasi. Namun Kitab Henokh dianggap kanonik oleh Gereja Orthodox Tewahedo Ethiopia dan Gereja Orthodox Tewahedo Eritraea.

Kitab ini masih ada seutuhnya hanya dalam bahasa Ge’ez, dengan beberapa fragmen dalam bahasa Aramaic dari Gulungan-gulungan Kitab Laut Mati dan beberapa fragmen berbahasa Yunani dan Latin. Karena alasan ini, orang-orang Ethiopia tradisional mempercayai bahasa asli tulisan ini adalah Ge’ez, sementara para sarjana non-Ethiopia berpendapat bahwa tulisan ini aslinya dalam bahasa Aramaic atau Ibrani. Tidak ada manuskrip berbahasa Ibrani yang masih tersisa, kecuali fragmen-fragmen yang ditemukan di Gua Qumran, Laut Mati. Dinyatakan dengan tegas bahwa kitab ini sendiri ditulis oleh Henokh, sebelum terjadinya Air Bah pada zaman Nuh.

Para penulis kitab-kitab Perjanjian Baru sangat mengenal isi dan kisah dalam Kitab Henokh. Sebagian isi Kitab Henokh dikutip di dalam Perjanjian Baru, dalam Surat Yudas 1:14-15, dan disebutkan bahwa kata-kata ini berasal dari Henokh, keturunan ketujuh dari Adam (1 Henokh 60:8). Kitab ini juga digunakan secara luas oleh komunitas asli Qumran yang mengumpulkan Gulungan-gulungan Kitab Laut Mati.

Henokh 60:8 …di sebelah timur taman di mana orang pilihan dan orang kudus akan berdiam, di mana kakek moyangku diangkat, keturunan ketujuh dari Adam, manusia pertama yang dibentuk TUHAN segala Roh.

Isi

Bagian pertama Kitab Henokh menggambarkan kejatuhan para Malaikat Pengawas, malaikat-malaikat yang memperanakkan Nephilim. Bagian selebihnya kitab ini menggambarkan perjalanan Henokh ke surga dalam bentuk kunjungan-kunjungan, penglihatan-penglihatan dan mimpi-mimpi, dan pewahyuan-pewahyuan yang dia terima.

Kitab ini terdiri dari lima bagian besar:

  1. Kitab Malaikat Pengawas (1 Henokh 1-36)
  2. Kitab Perumpamaan Henokh (1 Henokh 37-71)
  3. Kitab Astronomi (1 Henokh 72-82), juga disebut Kitab Benda-benda Penerang Langit
  4. Kitab Penglihatan Mimpi (1 Henokh 83-90)
  5. Surat Henokh (1 Henokh 91-108)

Sebagian besar sarjana Alkitab modern mempercayai bahwa lima bagian ini aslinya merupakan tulisan-tulisan terpisah (dengan tanggal penulisan yang berbeda-beda), yang akhirnya dijadikan satu, yang sekarang ini kita kenal sebagai Kitab 1 Henokh.

Kanonisitas

Yudaisme

Meskipun terbukti sudah luas dikenal pada waktu perkembangan penyusunan kanon Alkitab Ibrani, Kitab 1 Henokh dikeluarkan dari kanon resmi Tanakh maupun kanon Septuaginta, dan juga dari kitab-kitab Deuterokanonika. Beberapa alasan penolakan Yahudi terhadap kitab ini mungkin karena beberapa bagian awal kitab ini sama dengan bagian Torah; sebagai contoh 1 Henokh 1 sama dengan midrash Kitab Ulangan 33. Isi kitab ini yang menggambarkan secara detail para Malaikat yang Jatuh, juga menjadi alasan penolakan memasukkan kitab ini kedalam kanon. Seperti digambarkan oleh komentar Trypho, orang Yahudi, ketika berdebat dengan Justin Martyr tentang topik ini. Trypho mengatakan, “Firman Elohim itu kudus, tapi penjelasanmu hanyalah karangan, seperti yang nyata dari apa yang engkau jelaskan; tidak, bahkan hujatan-hujatan, karena engkau menyatakan bahwa para malaikat berbuat dosa dan memberontak dari Elohim.” (Dialogue 79).

Kekristenan

Sejak Konsili Laodikia tahun 363 Masehi, Kitab Henokh dikeluarkan dari kanon Alkitab Kristen dan sekarang ini Kitab Henokh hanya diterima sebagai kitab suci oleh Gereja Kristen Orthodox Ethiopia, Gereja Orthodox Eritraea dan Beta Israel. Konsili Laodikia melarang pembacaan kitab-kitab non-kanonik di gereja. Kitab-kitab yang masuk dalam kanon ada 60 kitab, Perjanjian Baru terdiri dari 26 kitab, mengeluarkan Kitab Wahyu dari dalamnya. Dan Perjanjian Lama terdiri dari 22 kitab dari Alkitab Ibrani ditambah Kitab Barukh dan Surat Yeremia. Dalam Konsili Laodikia inilah otoritas gereja Roma meng-Iblis-kan Kitab Henokh dengan menyatakannya sebagai bidat, sesat dan menyebabkan musnahnya kitab ini dari peredaran.

Kutipan dalam Perjanjian Baru

Henokh dipandang sebagai nabi historis dan dikutip dalam Surat Yudas.

Yudas 1:14-15 (ILT) Juga tentang orang-orang inilah Henokh, keturunan ketujuh dari Adam, bernubuat, “Lihatlah, Tuhan datang bersama beribu-ribu orang kudus-Nya, untuk menjalankan penghakiman atas semua orang; menghukum semua orang fasik atas semua perbuatan fasik yang mereka lakukan dengan cara yang fasik, dan atas semua perkataan kasar yang telah ucapkan oleh orang-orang berdosa yang fasik terhadap Elohim.”

Bandingkan ini dengan Henokh 1:9, terjemahan Ethiopia (juga ditemukan dalam gulungan Qumran 4Q204=4QEnochc ar, col I 16–18):

Dan lihatlah! Dia datang bersama beribu-ribu para kudus-Nya untuk melaksanakan penghakiman atas semuanya, dan menghancurkan semua yang fasik. Dan untuk menghukum semua makhluk dari semua perbuatan-perbuatan kefasikan mereka yang telah mereka perbuat dalam kefasikan, dan dari semua hal-hal kasar yang para pendosa fasik telah ucapkan melawan Dia.

Bandingkan juga dengan ini:

Ulangan 33:2 (ILT) Dan dia berkata, “YAHWEH datang dari Sinai dan bangkit dari Seir bagi mereka. Dia bersinar terang dari Gunung Paran, dan Dia datang dari puluhan ribu orang kudus. Pada tangan kanan-Nyalah terdapat sumber hukum yang berapi bagi mereka.

Peter H. Davids menunjukkan bukti-bukti Gulungan Kitab Laut Mati, namun tidak menjawab bagaimana pandangan rasul Yudas terhadap Kitab 1 Henokh sebagai kanon, deuterokanonika, atau sebaliknya, “Apakah Yudas kemudian menganggap ini sebagai kitab suci seperti Kejadian atau Yesaya? Yang pasti dia menganggap ini kitab otoritatif, firman yang sebenarnya dari Elohim. Kami tidak bisa mengatakan apakah dia menyandingkannya bersama-sama dengan kitab-kitab nabi lainnya seperti Yesaya dan Yeremia. Apa yang kami tahu adalah, pertama, bahwa kelompok-kelompok Yahudi lain, khususnya mereka yang hidup di Qumran dekat Laut Mati, juga menggunakan dan memberikan penilaian tinggi terhadap 1 Henokh, tapi kami tidak mendapati itu digabungkan dengan gulungan-gulungan kitab suci.”

Kutipan Surat Yudas tentang “Henokh, keturunan ketujuh dari Adam” kelihatan jelas merupakan bagian yang diambil langsung dari 1 Henokh 60:8, dan bukan dari Kitab Kejadian.

Surat 1 Petrus dan 2 Petrus juga nampak jelas mengutip dari apa yang ada di dalam Kitab Henokh.

1Petrus 3:19-20 (ILT) Dalam pada itu pula, ketika pergi kepada roh-roh yang ada di dalam penjara (roh-roh para malaikat pengawas yang dipenjarakan selama 70 generasi), Dia telah mengumumkan kepada yang dahulu tidak taat, ketika satu kali kesabaran Elohim menanti pada zaman Nuh, dengan dipersiapkan sebuah bahtera yang ke dalamnya hanya sedikit, yaitu delapan jiwa, yang telah diselamatkan dari air.

2Petrus 2:4-5 (ILT) Sebab, jika Elohim tidak menyayangkan malaikat-malaikat yang telah berdosa, sebaliknya, Dia telah menyerahkan ke dalam belenggu-belenggu kegelapan dengan melemparkannya ke dalam tartarus (Yunani: tartaros; jurang yang paling dalam di dasar Neraka) untuk ditahan sampai penghakiman; dan Dia tidak menyayangkan dunia purba, kecuali memelihara kedelapan orang Nuh, pemberita kebenaran, ketika mengirim air bah atas dunia orang-orang fasik;

Bandingkan dengan:

Henokh 10:4-5, 12-13 Dan lagi Tuhan berfirman kepada Rufael, “Ikat tangan dan kaki Azâzêl, lemparkan dia ke dalam kegelapan; belahlah gurun pasir yang di Dudâêl, dan campakkan dia di sana. Dan timbunilah dia dengan batu-batu kasar dan tajam, dan selubungi dirinya dengan kegelapan supaya dia tetap ada di sana selamanya, dan selubungi wajahnya sehingga dia tidak dapat melihat cahaya! Setelah semua anak-anak mereka saling membunuh satu sama lain, dan mereka melihat kehancuran orang-orang yang dikasihinya, ikat mereka di bawah bukit bumi untuk tujuh puluh generasi, sampai hari penghakiman mereka dan akhir kesudahan mereka, sampai penghakiman yang terakhir telah dilaksanakan untuk selama-lamanya. Dan pada hari-hari itu mereka akan dibawa ke dalam jurang api, dalam siksaan dan penjara, mereka akan terkunci selama-lamanya.

Lebih lanjut Yesus sendiri memberi penegasan mengenai Kitab Henokh dengan secara tidak langsung menyebutnya sebagai Kitab Suci, bahkan mengutip dari padanya. Perkataan-Nya yang tercatat dalam kitab Matius sangat mirip dengan isi dari Kitab Henokh.

Matius 22:29-30 (TB) Yesus menjawab mereka (orang-orang Saduki), “Kamu sesat, sebab kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Elohim! Karena pada waktu kebangkitan, orang tidak kawin dan tidak dikawinkan, melainkan hidup seperti malaikat di sorga.”

Bandingkan dengan Kitab 1 Henokh:

Henokh 15:6-7 Tuhan berfirman kepada para malaikat yang jatuh, “Kamu tadinya roh, menjalani hidup yang kekal tanpa kematian sepanjang seluruh generasi dunia. Oleh karena itulah Aku tidak menetapkan bagimu istri-istri, karena makhluk rohani bertempat kediaman di surga.”

Disini Yesus mengajarkan prinsip bahwa malaikat-malaikat di surga hidup di dalam kekekalan dan tidak kawin dan tidak dikawinkan. Prinsip ini tidak ditemukan dibagian manapun di dalam Alkitab Perjanjian Lama Ibrani. Hal ini hanya dapat ditemukan di dalam Kitab Henokh, yang ditemukan bersama-sama dengan Kitab-kitab Suci Ibrani lainnya dalam Gulungan-gulungan Kitab di Laut Mati, dengan perkiraan usia sekitar 2300 tahun. Dari sini menjadi jelas bahwa kitab-kitab itu, termasuk Kitab Henokh, sudah ada dan diketahui secara luas pada zaman Yesus, setidaknya 200 tahun SM.

Penerimaan

Kitab Henokh dianggap kitab suci dalam Surat Barnabas dan oleh banyak dari antara bapak-bapak Gereja, seperti Athenagoras, Clement dari Alexandria, Irenaeus dan Tertullian, yang menuliskan pada sekitar tahun 200 M bahwa Kitab Henokh ditolak oleh orang-orang Yahudi karena di dalamnya berisi nubuat-nubuat mengenai Yesus Kristus.

Dalam bukunya, Pembelaan Iman yang Kedua, Justin Martyr menulis topik yang berhubungan jelas dengan Kitab Henokh:

“Namun para malaikat melanggar ketetapan ini, dan terpikat cinta kepada wanita, dan melahirkan anak-anak yang disebut roh-roh jahat, selanjutnya mereka menaklukkan umat manusia bagi diri mereka sendiri, sebagian melalui tulisan-tulisan sihir, dan sebagian melalui teror yang menakutkan dan hukuman-hukuman, dan sebagian melalui ajaran mempersembahkan korban, dan kemenyan, dan persembahan curahan kepada dewa-dewa, pada saat mereka sangat membutuhkan setelah mereka diperbudak oleh gairah hawa nafsu, dan diantara manusia, mereka menyebarkan pembunuhan, peperangan, perzinahan, perbuatan-perbuatan yang penuh hawa nafsu, dan semua kejahatan.

Demikian juga para penyair dan orang-orang yang mempelajari mitologi, tanpa mengetahui bahwa itu adalah para malaikat dan roh-roh jahat yang telah dilahirkan para malaikat itu, yang melakukan hal-hal ini kepada para laki-laki dan wanita, dan kota-kota dan bangsa-bangsa, yang melakukan hubungan dengan mereka, menyatakan diri mereka sebagai Dewa, dan bagi mereka yang terhitung sebagai keturunannya langsung (Nephilim), dan bagi keturunan dari saudara-saudaranya, Neptunus dan Pluto, dan kepada anak-anak keturunannya lagi. Sebab sebagaimana nama yang diberikan para malaikat itu kepada dirinya sendiri atau kepada anak-anaknya, demikianlah dengan nama itu mereka dipanggil.”

Namun dalam perkembangan selanjutnya, bapak-bapak Gereja yang belakangan menolak kanonisitas Kitab Henokh, dan bahkan beberapa orang menganggap Surat Yudas tidak kanonik karena isinya mengutip dari tulisan “apokripha.”

Gereja Orthodox Ethiopia

Gereja Orthodox Ethiopia, yang memandang Kitab 1 Henokh sebagai tulisan yang diinspirasi Elohim sendiri, memasukkan Kitab Henokh dalam kanon Kitab Suci mereka. Secara tradisional mereka mempercayai bahwa teks Ethiopia adalah yang asli, yang dituliskan oleh Henokh sendiri. Mereka percaya bahwa kalimat pembuka Kitab Henokh ini adalah kalimat pertama dan paling tua yang tertulis dalam bahasa manusia manapun, karena Henokh adalah orang pertama yang menuliskan huruf-huruf:

“Qāla barakat za-Hēnōk za-kama bāraka ḫərūyāna wa-ṣādəqāna ‘əlla hallawu yəkūnū ba-ʿəlata məndābē la-‘asassəlō kʷəllū ‘əkūyān wa-rasīʿān”

Henokh 1:1 Kata-kata berkat Henokh dengan mana dia memberkati orang-orang pilihan dan orang-orang benar, yang akan ada pada hari kesusahan ketika semua orang jahat dan orang fasik akan disingkirkan.

Kitab Yobel mencatat, Henokh adalah orang pertama yang mempelajari tulisan:

Kitab Yobel 4:17 Dan dialah (Henokh) yang pertama dari antara manusia yang dilahirkan di bumi yang mempelajari tulisan dan pengetahuan dan hikmat dan yang menuliskan tanda-tanda langit menurut urutan bulan-bulan mereka dalam sebuah kitab, supaya manusia mengetahui musim-musim dari tahun-tahun menurut urutan pemisahan bulan-bulan mereka.

Manuskrip Kitab Henokh

Ethiopia

Manuskrip-manuskrip paling lengkap Kitab Henokh ada dalam bahasa Ge’ez. Terjemahan terpenting dari Robert Henry Charles dalam edisi tahun 1906 membagi manuskrip-manuskrip Ethiopia ini dalam dua kelompok:

Kelompok α: diperkirakan lebih kuno dan lebih mirip versi Yunani:

  • A – manuskrip orient. 485 dari British Museum, abad ke-16, berikut Kitab Yobel
  • B – manuskrip orient. 491 dari British Museum, abad ke-18, berikut tulisan-tulisan Alkitab lain
  • C – manuskrip Berlin orient. Petermann II Nachtrag 29, abad ke-16
  • D – manuskrip abbadiano 35, abad ke-17
  • E – manuskrip abbadiano 55, abad ke-16
  • F – manuskrip 9 Lago Lair, abad ke-15

Kelompok β: lebih baru, kemungkinan ada koreksi teks:

  • G – manuskrip 23 John Rylands University Library of Manchester, abad ke-18
  • H – manuskrip orient. 531 dari Bodleian Library of Oxford, abad ke-18
  • I – manuskrip Brace 74 dari Bodleian Library of Oxford, abad ke-16
  • J – manuskrip orient. 8822 dari British Museum, abad ke-18
  • K – manuskrip milik E. Ullendorff dari London, abad ke-18
  • L – manuskrip abbadiano 99, abad ke-19
  • M – manuskrip orient. 492 dari British Museum, abad ke-18
  • N – manuskrip Ethiopian 30 dari Monaco of Baviera, abad ke-18
  • O – manuskrip orient. 484 dari British Museum, abad ke-18
  • P – manuskrip Ethiopian 71 dari Vatican, abad ke-18
  • Q – manuskrip orient. 486 dari British Museum, abad ke-18, tanpa pasal 1–60

Sebagai tambahan, ada manuskrip-manuskrip yang digunakan Gereja Orthodox Tewahedo Ethiopia sebagai bahan untuk deuterokanonika dari bahasa Ge’ez kedalam Targum Amharic dalam Kitab Suci Dua Bahasa Haile Selassie Amharic (Mashaf qeddus bage’ezenna ba’amaregna yatasafe 4 vols. c.1935).

Aramaic

Sebelas fragmen-fragmen Kitab Henokh berbahasa Aramaic ditemukan dalam gua nomer 4 di Qumran pada tahun 1948 dan disimpan oleh Israel Antiquities Authority.

enoch-dead-sea-scroll
Fragmen-fragmen Kitab Henokh dari Gulungan Kitab Laut Mati, Gua Qumran.

Fragmen-fragmen ini diterjemahkan oleh Józef Milik dan Matthew Black dalam The Books of Enoch. Terjemahan lain telah dirilis oleh Vermes and Garcia-Martinez. Józef Milik menggambarkan dokumen-dokumen ini berwarna putih atau kekuningan, beberapa bagiannya telah menghitam, dan dibuat dari kulit halus, tebal dan kaku. Itu juga sebagian sudah hancur, dengan tinta kabur.

  • 4Q201 = 4QEnocha ar, Henokh 2:1–5:6; 6:4–8:1; 8:3–9:3,6–8
  • 4Q202 = 4QEnochb ar, Henokh 5:9–6:4, 6:7–8:1, 8:2–9:4, 10:8–12, 14:4–6
  • 4Q204 = 4QEnochc ar, Henokh 1:9–5:1, 6:7, 10:13–19, 12:3, 13:6–14:16, 30:1–32:1, 35, 36:1–4, 106:13–107:2
  • 4Q205 = 4QEnochd ar; Henokh 89:29–31, 89:43–44
  • 4Q206 = 4QEnoche ar; Henokh 22:3–7, 28:3–29:2, 31:2–32:3, 88:3, 89:1–6, 89:26–30, 89:31–37
  • 4Q207 = 4QEnochf ar
  • 4Q208 = 4QEnastra ar
  • 4Q209 = 4QEnastrb ar; Henokh 79:3–5, 78:17, 79:2 dan fragmen-fragmen besar yang tidak berhubungan dengan teks Ethiopia manapun
  • 4Q210 = 4QEnastrc ar; Henokh 76:3–10, 76:13–77:4, 78:6–8
  • 4Q211 = 4QEnastrd ar; dan fragmen-fragmen besar yang tidak berhubungan dengan teks Ethiopia manapun
  • 4Q212 = 4QEng ar; Henokh 91:10, 91:18–19, 92:1–2, 93:2–4, 93:9–10, 91:11–17, 93:11–93:1

Juga di gua Qumran nomer 1 telah ditemukan tiga fragmen kecil Kitab Henokh dalam bahasa Ibrani (8:4-9:4, 106).

Yunani dan Latin

Tulisan abad ke-8 Chronographia Universalis oleh sejarawan Byzantium, George Syncellus, menyimpan beberapa pasal Kitab Henokh dalam bahasa Yunani (6:1–9:4, 15:8–16:1). Fragmen-fragmen Yunani lainnya yang dikenal adalah:

  • Codex Panopolitanus (Papyrus Cairo 10759), juga dinamai Codex Gizeh atau fragmen-fragmen Akhmim, terdiri dari fragmen-fragmen papyrus abad ke-6 yang berisi bagian-bagian pasal 1-32 yang ditemukan oleh tim arkeolog Perancis di Mesir dan dipublikasikan lima tahun kemudian, pada tahun 1892.
  • Codex Vaticanus Gr. 1809, f. 216v (abad ke-11): termasuk pasal 89:42-49
  • Chester Beatty Papyri XII: termasuk pasal 97:6-107:3 (pasal 105 tidak ada)
  • Oxyrhynchus Papyri 2069: termasuk beberapa surat, yang menyebabkan identifikasi menjadi tidak pasti, dari pasal 77:7–78:1, 78:1–3, 78:8, 85:10–86:2, 87:1–3
enoch-greek-7
Chester Beatty Papyri XII, manuskrip Yunani dari Kitab Henokh.

Ada klaim yang menyatakan bahwa beberapa fragmen-fragmen kecil tambahan berbahasa Yunani ditemukan di Qumran (7QEnoch: 7Q4, 7Q8, 7Q10-13), berasal dari tahun 100 SM, berkisar dari pasal 98:11 sampai 103:15 dan tertulis pada papyrus dengan garis-garis, namun identifikasi ini masih diperdebatkan.

Dari terjemahan Latin, hanya pasal 1:9 dan 106:1-18 yang dikenal. Perikop pertama terdapat dalam Pseudo-Cyprian dan Pseudo-Vigilius. Perikop kedua ditemukan pada tahun 1893 oleh M.R. James dalam manuskrip abad ke-8 di British Museum dan dipublikasikan pada tahun yang sama.

Pengaruh Awal Kitab Henokh

Literatur klasik Rabbinic mempunyai karakteristik hampir bisu mengenai Henokh. Nampaknya masuk akal bahwa polemik Rabbinic terhadap teks Kitab Henokh dan tradisi telah menyebabkan hilangnya kitab-kitab ini dari Rabbinical Yudaisme.

Kitab Henokh memainkan peranan penting dalam sejarah mistisisme Yahudi. Sarjana besar Gershom Scholem menuliskan, “Tema utama mistisisme Merkabah sudah menempati posisi utama dalam literatur esoterik kuno, yang diwakili sangat baik oleh Kitab Henokh.” Perhatian penting diberikan kepada gambaran detail mengenai takhta Elohim yang ada dalam pasal 14 Kitab 1 Henokh.

Tidak diragukan lagi pengaruh Kitab 1 Henokh terhadap doktrin-doktrin Perjanjian Baru tentang Messias, Anak Manusia, Kerajaan Messias, Demonologi, Kebangkitan, dan Eskatologi (Akhir Zaman). Bagian-bagian awal dari Kitab 1 Henokh memiliki hubungan tekstual dan isi terhadap teks-teks apokripha Alkitab lainnya, seperti Kitab Yobel, 2 Barukh, 4 Ezra, Wahyu Abraham dan 2 Henokh.

Teks Kitab Henokh terjemahan Yunani dikenal, dikutip, oleh banyak dari antara bapak-bapak Gereja. Referensi-referensi dari Kitab Henokh dapat ditemukan dalam tulisan-tulisan Justin Martyr, Minucius Felix, Irenaeus, Origen, Cyprian, Hippolytus, Commodianus, Lactantius dan Cassian. Sesudah Cassian, beberapa kutipan diberikan dalam Kekaisaran Byzantium oleh pendeta abad ke-8 George Syncellus dalam “kronografi”-nya, dan dalam abad ke-9, Kitab Henokh dimasukkan sebagai apokripha Perjanjian Baru oleh Partriarch Nicephorus.

Penemuan Kembali

Sir Walter Raleigh, dalam bukunya History of the World (ditulis tahun 1616 ketika dipenjara di Menara London), mencantumkan kutipan yang menimbulkan pertanyaan, bahwa bagian dari Kitab Henokh “yang berisi jalur peredaran bintang-bintang, nama-nama dan pergerakan-pergerakan mereka” telah ditemukan di Saba (Sheba) pada abad pertama dan sekaligus bisa didapatkan oleh Origen dan Tertullian. Dia menyatakan informasi ini berasal dari Origen, meskipun pernyataan seperti itu tidak didapati dimana pun dalam tulisan-tulisan luas Origen.

Diluar Ethiopia, teks-teks Kitab Henokh dianggap telah hilang karena pemusnahan dan pembakaran selama ribuan tahun oleh otoritas Gereja Vatican sejak Konsili Laodikia tahun 363 Masehi. Hingga pada permulaan abad ke-17, dinyatakan secara tegas bahwa kitab itu ditemukan di Ethiopia dalam terjemahan bahasa Ge’ez, dan Nicolas-Claude Fabri de Peiresc membeli sebuah kitab yang diklaim identik dengan yang dikutip oleh Surat Yudas dan Bapak-bapak Gereja. Hiob Ludolf, sarjana besar Ethiopia abad ke-17 dan ke-18, tidak lama segera mengklaim bahwa itu hasil karya pemalsuan oleh Abba Bahaila Michael.

Keberhasilan akhirnya dicapai penjelajah Skotlandia terkenal, James Bruce, yang pada tahun 1773, kembali ke Eropa sesudah enam tahun lamanya di Abyssinia sambil membawa tiga salinan Kitab Henokh berbahasa Ge’ez. Salah satunya disimpan di Perpustakaan Bodleian, yang lain lagi dipersembahkan kepada perpustakaan kerajaan Perancis, sementara salinan ketiga disimpan oleh Bruce. Salinan-salinan ini tetap tidak terpakai sampai abad ke-19. Silvestre de Sacy, dalam bukunya “Notice sur le livre d’Enoch“, memasukkan kutipan-kutipan kitab ini dari terjemahan Latin (Henokh pasal 1, 2, 5–16, 22, dan 32). Dari buku ini, terjemahan berbahasa Jerman dibuat oleh Rink pada tahun 1801.

Terjemahan bahasa Inggris yang pertama dari manuskrip Bodleian/Ethiopia dipublikasikan tahun 1821 oleh Richard Laurence, berjudul Kitab Henokh, sang nabi: sebuah tulisan apokripha, yang dianggap hilang selama berabad-abad; namun ditemukan pada akhir abad terakhir di Abyssinia; sekarang diterjemahkan pertama kali dari manuskrip Ethiopia di Perpustakaan Bodleian. Oxford 1821. Edisi revisi muncul pada tahun 1833, 1838, dan 1842.

Pada tahun 1838, Laurence juga merilis teks Ethiopia pertama dari 1 Henokh, yang dipublikasikan di Barat, dengan judul Libri Enoch Prophetae Versio Aethiopica. Teks-teks itu yang dibagi menjadi 105 pasal, segera dianggap tidak dapat diandalkan karena itu merupakan transkripsi dari manuskrip Ethiopia tunggal.

Tahun 1833, Professor Andreas Gottlieb Hoffmann dari University of Jenna merilis terjemahan berbahasa Jerman, berdasarkan karya tulisan Laurence, berjudul Das Buch Henoch in vollständiger Uebersetzung, mit fortlaufendem Kommentar, ausführlicher Einleitung und erläuternden Excursen. Dua terjemahan lain muncul disekitar waktu yang sama: satu pada tahun 1836 berjudul Enoch Restitutus, or an Attempt (Rev. Edward Murray) dan satunya pada tahun 1840 berjudul Prophetae veteres Pseudepigraphi, partim ex Abyssinico vel Hebraico sermonibus Latine bersi (A. F. Gfrörer).

Edisi penting pertama, yang diterjemahkan berdasarkan lima manuskrip, muncul tahun 1951 berjudul Liber Henoch, Aethiopice, ad quinque codicum fidem editus, cum variis lectionibus, oleh August Dillmann. Itu diikuti buku berikutnya pada tahun 1853 dengan terjemahan Jerman oleh penulis yang sama dilengkapi komentar penjelasan, berjudul Das Buch Henoch, übersetzt und erklärt. Ini dianggap edisi standar Kitab 1 Henokh sampai munculnya terjemahan Charles.

Generasi sarjana Kitab Henokh dari tahun 1890 sampai Perang Dunia I didominasi oleh Robert Henry Charles. Terjemahan berikut penjelasannya pada tahun 1893 dari teks Ethiopia mewakili kemajuan penting, karena itu dibuat didasarkan pada sepuluh manuskrip. Tahun 1906, R.H. Charles mempublikasikan edisi baru yang penting dari teks Ethiopia, memakai 23 manuskrip Ethiopia dan semua sumber-sumber yang tersedia pada zamannya. Terjemahan Inggris dari teks rekonstruksi muncul tahun 1912, dan pada tahun yang sama dalam kumpulan terjemahannya The Apocrypha and Pseudepigrapha of the Old Testament.

Publikasi fragmen-fragmen Aramaic pertama pada tahun 1950 dari Kitab 1 Henokh diantara Gulungan-gulungan Kitab Laut Mati sangat mengubah penelitian tentang dokumen ini, karena memberikan bukti-bukti kekunoan dan keaslian teks Kitab Henokh, setidaknya 200-300 tahun sebelum Masehi. Edisi resmi seluruh fragmen-fragmen Kitab Henokh dipublikasikan tahun 1976 oleh Józef Milik.

Tahun 1978, edisi baru teks Ethiopia dikoreksi oleh Michael Knibb, dengan terjemahan bahasa Inggris, sementara penjelasan Kitab Henokh yang baru muncul tahun 1985 oleh Matthew Black. Perkembangan ketertarikan akan Kitab 1 Henokh memunculkan sejumlah terjemahan-terjemahan lainnya: dalam bahasa Ibrani (A. Kahana, 1956), Denmark (Hammershaimb, 1956), Italia (Fusella, 1981), Spanyol (1982), Perancis (Caquot, 1984) dan terjemahan-terjemahan modern lainnya.

Pada tahun 2001 George W.E. Nickelsburg mempublikasikan edisi pertama penjelasan luas Kitab 1 Henokh dalam seri Hermeneia. Sejak tahun 2000, seminar-seminar Kitab Henokh diadakan untuk membahas literatur Henokh dan telah menjadi pusat perdebatan mengenai hipotesa bahwa literatur Kitab Henokh memperlihatkan keberadaan tradisi otonomi non-Mosaik yang berbeda dari Yudaisme Bait Suci Kedua.

Kitab Henokh – Buku untuk Generasi Akhir Zaman

Kitab Henokh tidak hanya berisi sejarah rahasia para Malaikat yang Jatuh dan umat manusia pada masa Pra-Banjir Besar, serta penghukuman dan pemusnahan Bumi oleh Air Bah, namun secara literal berisi ribuan ayat-ayat referensi Alkitab dari nubuat-nubuat Henokh untuk peristiwa-peristiwa di Akhir Zaman: masa kesusahan, kedatangan Messias yang Kedua kalinya, kebangkitan orang mati, pemerintahan Kerajaan Messias di bumi, penghakiman terakhir. Dalam pembukaannya tulisannya, Henokh mengatakan dengan jelas:

… dari para malaikat aku mendengar segala sesuatu, dan aku tahu apa yang aku lihat, tetapi bukan bagi generasiku (generasi Henokh), tapi bagi generasi yang terkemudian yang akan datang (Generasi Akhir Zaman).

Henokh, keturunan ke-7 dari Adam (3400 SM)

kitab-henokh
Kitab Henokh

Kitab Henokh – Buku untuk Generasi Akhir Zaman, terjemahan Bahasa Indonesia dan uraiannya. Teks Kitab Henokh diterjemahkan dari The Book of Enoch – Translated from the Ethiopic 1882.

  • Ukuran A4: 210 halaman
  • Hard Cover
  • Dilengkapi dengan uraian, ayat-ayat referensi Alkitab, ayat-ayat referensi silang, dan penjelasan nubuat-nubuat Henokh tentang Akhir Zaman.

BELI

Referensi:

Kitab-kitab