“Aku telah disalibkan bersama Kristus; bukan lagi aku yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku; dan hidup yang aku hidupi sekarang di dalam daging, aku hidup oleh iman Anak Tuhan yang mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.”

Paulus berkata sebagai hasil kurban Kristus di kayu salib, aku telah sampai pada akhir hidupku. Ketika aku sampai kepada salib, aku mati, dan sekarang bukan lagi aku yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.

Jika Anda bersedia, silakan membuat pengakuan ini, tetapi jangan ucapkan jika Anda tidak mau. Tapi, biarlah orang-orang yang siap mengatakan ini, ucapkan saja.

“Aku disalibkan bersama Kristus; walaupun demikian aku hidup, namun bukan aku yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku; dan hidup yang aku hidupi sekarang di dalam daging, aku hidup oleh iman Anak Tuhan yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.”

Dan Anda lihat, Anda perhatikan terjemahan yang saya pakai di sini merupakan terjemahan literal. Melalui iman “dari” Anak Tuhan. Jadi bukan iman saya yang saya andalkan, melainkan iman Anak Tuhan [Yesus], karena ketika Yesus datang, Dia datang dengan iman-Nya.

Ini adalah kunci menuju kekudusan Perjanjian Baru, yang menurut saya, di dalam gereja masa kini sangat sedikit dibicarakan tentang kekudusan. Tetapi Alkitab mengatakan tanpa kekudusan tidak ada seorang pun yang akan melihat Tuhan. Anda lihat, dalam Perjanjian Lama, kekudusan terdiri dari menjaga serangkaian aturan-aturan yang sangat rumit. Di bagian salah satu pasal Kitab Imamat, Tuhan berfirman, “Kuduslah kalian, karena Aku ini kudus.” Dalam surat Petrus yang pertama, pasal pertama, Petrus mengutip pernyataan itu dan berkata, “Hendaklah kamu kudus, karena Aku ini kudus,” berbicara dalam pribadi Tuhan. Tapi ada perbedaan total. Kekudusan Perjanjian Baru bukanlah menjaga seperangkat aturan-aturan. Kekudusan Perjanjian Baru tidak dicapai dengan menjaga seperangkat aturan-aturan. Kekudusan Perjanjian Baru dicapai dengan mati dan memberikan Kristus menghidupi hidup-Nya melalui Anda. Jadi itu bukan aku, melainkan Kristus. Jadi seperti ini: Bukan berjuang, melainkan memberi diri. Ini bukan dengan berjerih payah, melainkan dengan penyatuan—penyatuan dengan Kristus.

Ada sebuah cerita kecil tentang seorang wanita saleh di suatu tempat yang dikagumi karena kehidupan kudusnya. Dan suatu hari beberapa orang Kristen lainnya berkata kepadanya, “Saudari, bagaimana Anda menghadapi godaan?” Dan dia berkata, “Ketika Iblis mengetuk pintu aku biarkan saja Yesus yang menjawab.” Singkatnya: Bukan aku tapi Kristus. Bukan apa yang bisa aku lakukan, bukan jerih payah terbaikku, bukan mengerahkan seluruh otot-otot rohaniku, tapi memberi diri. Membiarkan Kristus melakukannya di dalam aku dan melalui aku dan bagi aku.

Ada gambaran dalam Yohanes 15 tentang pokok anggur dan ranting-rantingnya yang menggambarkan hal ini dengan sangat sempurna. Yohanes 15:1 dan kemudian ayat 4–5. Yesus berkata:

“Akulah pokok anggur yang benar, dan Bapakulah penggarap kebun anggur.”

Mari renungkan sejenak dan perhatikan baik-baik. Jangan biarkan manusia yang memangkas Anda. Oke? Hanya ada satu Pribadi yang mempunyai keterampilan dan kepekaan untuk melakukan pemangkasan, yaitu Bapa, biarkan Dia yang melakukannya. Oke? Ada beberapa persekutuan di mana para pemimpinnya ingin memangkas Anda. Jangan tunduk kepada pemangkasan oleh manusia, karena itu akan menyakitkan dan kemungkinan besar mereka akan memotong bagian yang salah. Tuhan Bapa adalah penggarap kebun anggur. Dialah yang tahu cara memangkas. Dan urusan kita sebagai pelayan dan pemimpin umat Tuhan bukanlah melakukan pemangkasan, tetapi membantu orang-orang untuk tunduk kepada pemangkasan Tuhan dan berbagi proses tersebut dengan mereka.

Selanjutnya, Yesus berkata dalam ayat 4–5 dari Yohanes 15:

“Tinggallah di dalam Aku, dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kecuali ia tinggal dalam pokok anggur, demikian pula kamu tidak dapat berbuah kecuali kamu tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur, kamulah ranting-rantingnya; siapa yang tinggal di dalam Aku, dan Aku di dalam dia, menghasilkan banyak buah; karena tanpa Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.”

Perhatikan gambarannya. Pernahkah Anda melihat ranting pohon anggur benar-benar berjuang menghasilkan buah, dan berketetapan dengan baik? Itu tidak terjadi, bukan? Mengapa ia menghasilkan buah? Karena kehidupan dari pokok anggur mengalir ke dalam ranting itu. Dalam perumpamaan kecil itu Anda mendapatkan seluruh ketiga pribadi Ketuhanan. Bapa adalah penggarap kebun anggur, Yesus adalah pokok anggur, dan Roh Kudus adalah getahnya. Saat Dia mengalir melalui pokok anggur ke dalam ranting-ranting, Anda menghasilkan buah Roh.

Lihat, kata buah menunjukkan kepada kita bahwa hal itu bukanlah jerih payah. Tidak ada pohon yang pernah menghasilkan buah dengan susah payah. Dan tidak ada orang Kristen yang dapat menghasilkan buah melalui jerih payah. Kita harus sampai pada titik di mana kita berhenti dari perjuangan-perjuangan kita sendiri. Dan, dalam arti tertentu, berhentilah melakukan semua perbuatan-perbuatan baik kita dengan usaha kita sendiri. Bukan hanya dosa-dosa kita, tetapi hal-hal yang kita pikir dapat kita lakukan sendiri, itu harus sampai pada batas akhir, dan berilah dirimu kepada Yesus.